Merayakan Hari Toleransi, Duta Damai Jatim Lakukan Safari Lintas Iman

3 min read

Ngalamnews – Minggu (15/11/2020) Duta Damai Jawa Timur lakukan kegiatan safari lintas iman, kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan rasa toleransi antar sesama, dengan melakukan kegiatan safari mengunjungi lima tempat ibadah yang ada di kota malang.

Perjalanan dimulai dengan titik kumpul awal di Masjid Sabilillah. Masjid ini merupakan monumen yang dibangun untuk memperingati dan mengenang perjuangan dari Laskar Sabilillah. Laskar Sabilillah merupakan barisan para pejuang yang terdiri dari ulama dan santri yang ikut bertempur melawan sekutu. Dahulu kota Malang menjadi pusat Laskar Sabilillah. Bahkan tepat di atas tanah Masjid ini tempat berkumpulnya para Laskar sebelum berangkat ke pertempuran Surabaya yang dipimpin KH Masjkur. Maka untuk menjaga marwah dan mengenang Malang Kota Pejuang, didirikanlah Masjid dengan nama seperti Laskar pejuang tersebut. KH Masjkur sang pendiri pun sudah diangkat menjadj pahlawan nasional sejak 2019 lalu.

Rumah ibadah kedua yang dikunjungi yakni Sanggar Candi Busana “Sapta Darma” di Arjosari. Sapta Darma merupakan satu dari ratusan penghayat kepercayaan yang ada di Indonesia. Sejak tahun 2017 Penghayat diakui oleh pemerintahan Indonesia sebagai salah satu kepercayaan yang dianut dan diyakini oleh masyarakat. Sesampainya di lokasi peserta Safari Lintas Iman disambut dengan sangat hangat oleh warga Sanggar, terlebih hadir pula Pak Djayusman yang pada saat ini menjabat sebagai Presidium Majelis Luhur Kepercayaan Terhadap Tuhan YME Indonesia (MLKI) Jawa Timur. Di sana peserta banyak mendapat penjelasan bagaimana Penghayat Kepercayaan telah diakui oleh negara, namun belum banyak masyarakat yang mengetahui soal keberadaannya.

Perjalanan dilanjut menuju rumah ibadah ketiga, yakni Klenteng Tridharma Eng An Kiong. Yang unik dan mungkin tidak banyak orang tahu, Klenteng ini merupakan rumah ibadah yang sarat akan nilai toleransi antar agama. Saat sampai di lokasi, rombongan langsung disuguhi makan siang sebelum kemudian memulai dialog antar iman. Pak Herman selaku Wakil Ketua Klenteng bersama jajaran pengurus Klenteng lainnya menjelaskan banyak hal bagi peserta, khusunya terkait toleransi dalam beragama.

Salah satu yang perlu digaris bawahi sebagai budaya toleransi antar umat beragama adalah, Klenteng ini menjadi rumah ibadah bagi tiga agama sekaligus. Yakni Tao, Budha Mahayana dan juga Konghuchu. Mungkin orang awam beranggapan bahwa Klenteng adalah rumah ibadah umat Konghuchu saja. Namun, sejarah menjelaskan bahwa mulanya di Cina agama tertua yang ada adalah agama Tao, kemudian masuk agama Budha, dan Konghuchu adalah agama baru yang dianut oleh masyarakat. Hal ini yang mendasari adanya tiga agama di Klenteng ini, ketiganya memiliki ajaran teologi yang berbeda namun rasa saling menghargai dan toleransi antar umatnya sangat tinggi.

Pemberhentian selanjutnya lumayan jauh dari hiruk pikuk jalan raya, dan berada ditengah perkampungan warga di daerah Dieng. Pura Marga Shirsa, sebuah rumah ibadah bagi umat Hindu. Setelah sampai, rombongan Duta Damai langsung disambut hangat oleh Pak Made Suyatna, yang merupakan perwakilan dari PHDI (Parisada Hindu Dharma Malang) Malang. Kunjungan kali ini bertepatan dengan salah satu ibadah bulanan bersama umat Hindu saat bulan mati atau akan muncul bulan baru. Menurut Pak Made, “Pura tidak dibangun di sembarang tempat. Karena menjadi tempat ibadah yang mengharuskan ketenangan dan ketentraman batin, maka dipilihlah tempat sepi yang terpencil seperti di ini, atau bisa juga di daerah pegunungan.”

Setelah para peserta bertolak menuju GKJW Kebon Agung. Namun, dikarenakan di sana masih sangat ketat dan menghindari acara berkerumun untuk mematuhi protokol kesehatan dari pemerintah, acara dialihkan ke Kopi Keboon, yang masih menjadi bagian dari kepemilikan GKJW. Dialog yang berlangsung di warung kopi ini menjadi lebih santai dan momen untuk saling sapa dan membangun keakraban peserta dengan Jemaat GKJW Kebon Agung. Dipandu langsung oleh pemuda GKJW, Evan dan Pendeta Teguh, acara dialog berlangsung dengan ganyeng dan hangat selama kurang lebih dua jam. Membahas soal teologi dan upaya upaya membangun gerakan toleransi yang dilakukan GKJW Kebon Agung. Setelah selesai, rombongan peserta Safari Lintas Iman berpamitan, dan kembali ketitik awal berkumpul, yakni Masjid Sabilillah.

Tak lupa juga, para peserta mengunjungi Gereja Santo Albertus de Trapani yang berada tepat sebelah timur masjid sabilillah. Jarak antara Gereja dan Masjid hanya terpisah oleh jembatan penyeberangan. Ini menandakan masyarakat Malang tingkat toleransinya sangat tinggi sejak dahulu, serta hidup berdampingan tanpa mempermasalahkan soal perbedaan.

Safari Lintas Iman yang diadakan Duta Damai Jawa Timur ini merupakan satu dari sekian banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan rasa toleransi dengan sesama umat beragaman dan penganut kepercayaan. Hari Toleransi Internasional menjadi titik dimana umat manusia di dunia dituntut untuk mengupgrade kembali rasa saling menghargai, terlebih di Indonesia dengan ragam budaya dan kepercayaannya.

“,Pada dasarnya yang harus dipahami adalah bahwa keyakinan adalah hak asasi yang paling asasi di negara yang majemuk dan tidak dapat dipaksakan, sehingga disinilah nilai toleransi dalam diri harus terus ditingkatkan.”, ungkap Monica, Koordinator Pelaksana acara tersebut. (monica)

Kabar Malang Raya | Newsphere by AF themes.